Aliran Seni Lukis Naturalisme

Aliran Seni Lukis Naturalisme

“Bagi orang awam, aliran Naturalisme sering dianggap sama dengan Realisme. Padahal keduanya memiliki ciri khas yang sangat berbeda.”

Klik daftar isi di bawah ini untuk langsung membaca bagian yang dicari:

  1. Pengertian Naturalisme
  2. Ciri ciri lukisan aliran Naturalisme
  3. Jenis-jenis lukisan Naturalisme
  4. Sejarah perkembangan aliran Naturalisme
    1. Kelompok penting dalam Naturalisme
    2. Asal istilah Naturalisme
    3. Pengaruh Naturalisme terhadap masa selanjutnya
  5. Contoh pelukis Naturalisme & gambar lukisannya
    1. Tokoh pelukis mancanegara
    2. Tokoh pelukis Indonesia
  6. Perbedaan Naturalisme dengan aliran lainnya
    1. Naturalisme dan Realisme
    2. Naturalisme dan Impresionisme
    3. Naturalisme dan Romantisme
    4. Naturalisme dan Kubisme
  7. Referensi lebih lanjut

Pengertian

Naturalisme adalah aliran seni lukis yang menampilkan subjeknya semirip mungkin dengan yang terlihat di alam nyata.

Seniman Naturalisme berusaha merepresentasikan kenyataan tanpa penambahan, seminimal mungkin distorsi dan interpretasi, serta menghindari elemen-elemen fiksional dan spekulatif.

Istilah naturalisme umumnya digunakan pada 2 konteks yang berbeda:

  • Kata “naturalisme” (dengan huruf kecil) digunakan secara luas untuk mendeskripsikan karya seni apapun yang berusaha menggambarkan subjek sesuai kenyataan. 
  • Kata “Naturalisme” (dengan huruf kapital) dipakai untuk menyebut sebuah aliran seni yang muncul di abad ke-19.

Ciri ciri

Penjelasan tentang ciri khas Naturalisme akan lebih mudah dipahami jika dibaca sambil melihat contoh lukisannya:

1. Penggambaran akurat akan subjek lukisan.

Lukisan Naturalisme menggambarkan subjek sesuai dengan apa yang terlihat di alam nyata. Detailnya realistis dan sangat akurat, serta menghindari penambahan warna atau elemen yang tidak ada di dunia nyata.

2. Tidak mendramatisir subjek yang dilukis.

Naturalisme tumbuh sebagai reaksi melawan aliran Romantisme.

Tidak ada lagi figur bersosok ideal, ornamen dan hiasan yang berlebih, atau adegan yang dramatis dan heroik. Figur yang ditampilkan adalah masyarakat kelas bawah/non-bangsawan yang dapat dijumpai di kehidupan sehari-hari.

3. Bertema sederhana.

Tema yang diangkat adalah orang biasa di latar yang natural (pekerjaan dan aktivitas sehari-hari) atau pemandangan alam.

4. Tanpa tujuan sosial politik.

Naturalisme bertujuan menampilkan sebuah pemandangan sedekat mungkin dengan realita aslinya. Tidak ada pesan tambahan yang berusaha disampaikan.


Jenis Lukisan Naturalisme

Jenis lukisan Naturalisme biasanya dibagi 2 yaitu:

  • Lukisan pemandangan
  • Lukisan figuratif, yang bisa dipecah lagi menjadi:
    • Lukisan genre
    • Lukisan potret

Masing-masing jenis tersebut akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

1. Lukisan Panorama/Pemandangan Alam (Landscape Painting)

Lukisan Flatford Mill karya John Constable
Lukisan Flatford Mill (1816-1817) karya John Constable

Istilah Naturalisme memiliki akar kata “nature” (alam). Seperti namanya, berbagai karya adiluhung lukisan Naturalisme bertema pemandangan alam.

Lukisan panorama aliran Naturalisme umumnya diwakili oleh karya-karya John Constable. Constable memiliki kebiasaan melakukan observasi dan melukisnya langsung di alam terbuka.

Cara ini dianggap sesuatu yang belum umum di zaman tersebut, dan disebut metode lukis en plein air di kemudian hari. Constable melakukannya agar dapat melukis ulang alam seperti apa adanya (as it is), tanpa mengubahnya menjadi bentuk ideal.

Sampai abad ke-19, lukisan panorama hanya dipandang sebagai latar belakang untuk lukisan sejarah atau mitologis. Para pelukis muda yang tidak terima kemudian memilih mengikuti Constable dan menggunakan pemandangan alam sebagai objek utama.

Berkat upaya Constable, lukisan pemandangan menjadi sebagai genre tersendiri dalam seni rupa, bukan lagi subgenre dari lukisan sejarah (history painting).

Contoh dari lukisan panorama Naturalisme:

  • The Hay Wain (1816) karya John Constable
  • Flatford Mill (1816-1817) karya John Constable
  • Lake with Dead Trees (1825) karya Thomas Cole
  • Fallen Monarchs (1886) karya William Bliss Baker

Selengkapnya tentang contoh-contoh ini bisa dibaca di bagian Contoh Lukisan Naturalisme.

2. Lukisan Genre (Genre Painting)

Lukisan The Blind Beggar (1882) karya Jules Bastien-Lepage
Lukisan The Blind Beggar (1882) karya Jules Bastien-Lepage

Adegan keseharian masyarakat juga menjadi salah satu tema utama lukisan Naturalisme. Lukisan genre menampilkan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia di suatu zaman. 

Jenis lukisan ini ingin menampilkan kehidupan manusia di lingkungan nyatanya, baik lingkungan sosial maupun budaya. Selain itu, bisa juga lukisan genre bertujuan menunjukkan hubungan antara cara manusia hidup dengan alam sekitarnya.

Contoh lukisan genre dari Naturalisme:

  • Hay Making (1877) karya Jules Bastien-Lepage
  • The Blind Beggar (1882) karya Jules Bastien-Lepage
  • Among the Missing (1884) karya Walter Langley

3. Lukisan Potret (Portrait Painting)

Lukisan Mademoiselle Sarah Bernhardt (1879) karya Jules Batien-Lepage
Lukisan Mademoiselle Sarah Bernhardt (1879) karya Jules Batien-Lepage

Sebagian pelukis Naturalisme, terutama John Constable, kurang senang mengerjakan lukisan potret. Mereka menganggap lukisan ini hanya sebatas cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Biasanya lukisan potret dipesan oleh kalangan orang kaya. Karena itulah jenis lukisan ini umumnya menampilkan aktris terkenal, bangsawan atau figur berpengaruh lainnya di masa itu.

Contoh lukisan potret Naturalisme:

  • Portrait of Leo Tolstoy (1873) karya Ivan Nikolaevich Kramskoi
  • Maria Bicknell (1816) karya John Constable
  • Mademoiselle Sarah Bernhardt (1879) karya Jules Batien-Lepage

Sejarah

Di zaman dahulu, seni lukis cenderung menggunakan gaya Romantisme. Subjek ditampilkan secara ideal dan mengikuti kebiasaan tradisional. Alam dan figur manusia digambarkan dalam bentuk agung, bersih, harmonis dan ideal.

Sebagai respon terhadap aliran Romantisme, pada abad ke-19 muncullah pergerakan seni baru di Perancis: Realisme dan Naturalisme.

Kedua gaya tersebut berusaha melukiskan subjek seakurat mungkin dengan yang nampak di alam nyata (true-to-life), bukan lagi berdasarkan imajinasi atau standar keindahan sang pelukis. Manusia dan alam digambarkan dengan kekurangannya masing-masing, tidak lagi dalam bentuk serba ideal.

Walaupun awalnya dianggap serupa, tapi kedua aliran seni ini memiliki beberapa perbedaan inti. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di bagian lain artikel ini.

Sekitar tahun 1820an, aliran Naturalisme awal sudah menjadi tren tersendiri di dunia seni. Lukisan-lukisan pemandangan alam dari John Constable berpengaruh besar terhadap hal itu.

Pelukis asal Inggris tersebut dianggap pelopor Naturalisme karena metodenya diikuti oleh pelukis-pelukis lainnya di zaman tersebut.

Di tahun-tahun setelahnya, berbagai kelompok seniman Naturalisme mulai terbentuk di banyak negara. Contohnya adalah kelompok-kelompok yang akan dijelaskan di bagian berikutnya.

Kelompok-kelompok Penting

Naturalisme tergolong sebagai pergerakan seni Perancis karena kebanyakan karya penting aliran ini dihasilkan oleh seniman-seniman Perancis. Dalam perkembangannya, banyak kelompok dan perkumpulan seniman Naturalis muncul di berbagai belahan dunia.

Seniman Naturalisme secara alami berakar di lokasi tertentu. Subjek lukisan yang utama biasanya adalah panorama pedesaan dan tempat yang dekat dengan sang seniman.

Oleh karena itu kelompok-kelompok Naturalis yang terkenal biasanya memiliki ciri lokal dari daerah masing-masing. Beberapa kelompok Naturalis tersebut adalah:

Norwich School (1803-1833)

John Crome dari Norwich School
John Crome dari Norwich School

Hudson River School (1825-1875)

Thomas Cole dari Hudson River School
Thomas Cole dari Hudson River School

Barbizon School (1830-1875)

Para Pelukis Barbizon School
Para Pelukis Barbizon School

Hague School (1860-1900)

Anton Mauve dari Hague School
Anton Mauve dari Hague School

Peredvizhniki / Pengelana Rusia (1862-1890)

Para Pelukis Peredvizhniki
Para Pelukis Peredvizhniki

Glasgow School of Painting (1880-1915)

James Guthrie dari Glasgow School of Painting
James Guthrie dari Glasgow School of Painting

Newlyn School (1884-1914)

Stanhope Forbes dari Newlyn School
Stanhope Forbes dari Newlyn School

Heidelberg School (1886-1900)

Para Pelukis Heidelberg School
Para Pelukis Heidelberg School

Asal Muasal Kata Naturalisme

Istilah “Naturalisme” muncul lama setelah lukisan-lukisan aliran ini terkenal di berbagai negara. Lukisan Naturalisme sudah berkembang sejak awal 1800an, sementara kata “Naturalis” baru muncul di tahun 1863.

Seorang kritikus seni Perancis, Jules-Antoine Castagnary, mencetuskan istilah tersebut lewat pendapatnya:

“The naturalist school declares that art is the expression of life under all phases and on all levels, and that its sole aim is to reproduce nature by carrying it to its maximum power and intensity: it is truth balanced with science.”

Jules-Antoine Castagnary

Seorang penulis terkenal Perancis, Emile Zola, pada tahun 1868 kemudian mengadopsi istilah tersebut. Cetakan kedua dari buku novelnya, Thérèse Raquin, memuat kalimat berikut dalam kata pengantarnya:

“…[t]he group of Naturalist writers to whom I have the honor of belonging…”

Emile Zola

Penyebutan tersebut membawa efek tersendiri. Naturalisme akhirnya dipandang masyarakat Eropa sebagai sebuah pergerakan seni yang penting dan terlepas dari aliran-aliran seni rupa yang lainnya.

Pengaruh Setelahnya

Pengaruh Naturalisme tersebar luas di luar Perancis. Banyak gaya, gerakan dan kebiasaan artistik sejak akhir abad ke-19 yang didasarkan pada aliran Naturalisme.

BACA JUGA  Aliran Seni Lukis Realisme

Pada masa awal, Naturalisme berperan besar pada berkembangnya aliran Impresionisme.

Aliran baru ini mengikuti penekanan Naturalis pada menyampaikan apa yang diterima oleh mata, bukan bagaimana bentuk idealnya. Prinsip ini terlihat pada karya-karya dari Claude Monet, Pierre-Auguste Renoir dan seniman-seniman lainnya.

Selain itu, pemandangan alam juga banyak menjadi tema lukisan Impresionisme.

Banyak seniman Impresionisme di generasi tersebut mengagumi pelukis-pelukis Barbizon School, terutama Corot. Monet bahkan pernah menyebutkan bahwa “hanya ada satu pelukis ulung yang ada – Corot. Kami tidak ada apa-apanya dibanding Beliau.”

Perkembangan Naturalisme di masa itu, seperti banyak bentuk seni lain, pada akhirnya terjegal oleh perkembangan fotografi.

Ciri khas aliran Naturalisme adalah menyajikan subjek semirip mungkin dengan aslinya. Kemajuan teknologi fotografi berpengaruh besar terhadap gaya seni ini, karena pelukis tidak lagi bisa menyamai akurasi dan kecepatan kamera di kemudian hari.

Namun sebaliknya, lukisan panorama Naturalisme sebenarnya ikut berjasa mendorong tumbuhnya fotografi landscape di akhir abad ke-19. Karya seniman-seniman Hudson River School, terutama Thomas Cole, menjadi inspirasi bagi fotografer alam liar Amerika, Ansel Adams. 

Terlepas dari peran utamanya yang tergantikan, pengaruh aliran Naturalisme tetap terasa melebihi abad ke-19. Banyak pelukis Naturalisme yang kemudian bereksperimen dengan macam-macam gaya dan teknik yang berbeda.

Lukisan Peredvizhniki memberikan pengaruh pada perkembangan seni lukis abad ke-20 di Rusia, terutama pada karya-karya gerakan Socialist Realism. 

Kelompok seniman American Contemporary Realist pada tahun 1960-1970 adalah salah satu gerakan yang berusaha menginterpretasikan ulang warisan Naturalisme dalam konteks baru.

Sampai sekarang, banyak sekolah-sekolah lokal di mancanegara yang mengajarkan melukis alam sebagai sebuah unsur seni budaya yang pantas didukung.


Contoh Gambar Naturalisme dan Pelukisnya

Tidaklah lengkap sebuah pembahasan mengenai aliran seni lukis tanpa memperhatikan contoh-contoh karyanya. Di bagian ini kita akan menjumpai beberapa lukisan yang bisa mewakili aliran Naturalisme.

Tokoh Naturalisme Mancanegara

Aliran Naturalisme berasal dari daerah Eropa. Karena itu ada banyak sekali seniman Naturalisme di belahan Barat. Untuk kali ini, kita akan membahas 3 seniman terbesar Naturalisme dunia.

John Constable

“…there is room enough for a natural painture.”

John Constable
Pelukis Naturalisme John Constable
Pelukis John Constable

John Constable awalnya dikenal melalui lukisan Romantisme di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Ia dianggap sebagai pelopor Naturalisme karena menjauh dari pemandangan yang diidealkan dan memilih menampilkan alam secara realistis melalui observasi seksama.

Kebiasaan observasi tersebut membuat Constable disebut sebagai penggagas en plein air. Metode tersebut dilakukan dengan melukis di luar ruang (langsung di lokasi) untuk menangkap rangsang sensori dan emosional yang muncul.

Untuk dapat mencerminkan warna-warna yang ia temui di alam, Constable menggunakan lebih banyak palet warna dibanding kebiasaan seni lukis saat itu.

Ia juga meninggalkan gaya goresan kuas yang halus dan memakai berbagai cara baru. Misalnya menggunakan melukis dengan pisau palet untuk memberi tekstur yang membuat lukisannya terlihat lebih nyata.

Lukisan Naturalisme Maria Bicknell karya John Constable
Lukisan Maria Bicknell (1816) karya John Constable
Lukisan Maria Bicknell (1816) dan Keterangannya

Constable menciptakan lebih dari 100 lukisan portret sepanjang karirnya. Kebanyakan lukisan tersebut dibuat lebih karena kepentingan finansial, bukan karena ia menyukai potret. Tapi lukisan yang satu ini berbeda dari kebanyakan karyanya yang lain.

Lukisan Maria Bicknell (1816) melukiskan wanita yang menjadi tunangan John Constable. Karya ini diciptakan 3 bulan sebelum pernikahan mereka dan dinilai memiliki kemiripan yang akurat dengan subjeknya. 

Goresan kuas yang bebas pada pakaian Maria dan latar belakang sangat berbeda dengan detail yang halus dan rinci pada wajah Maria. Kontras ini menambah ilusi “nyata” pada area wajah subjek, sekaligus membuat pandangan mata penikmat lukisan otomatis tertuju pada fokus utama (wajah).

Pada lukisan potret lainnya, Constable menggunakan pendekatan yang berbeda-beda. Terkadang ia juga melukiskan pakaian subjek secara detail. Pengamat biasanya menganggap hal ini dilakukan karena kebanyakan potret adalah lukisan pesanan, dan pemesannya lebih senang jika lukisan terpoles dengan baik.

Walaupun begitu, potret Maria Bicknell dinilai menampilkan sensitivitas dan kehangatan tersendiri yang diduga muncul karena kedekatan intim Constable dengan subjek.

Lukisan The Hay Wain karya John Constable
Lukisan The Hay Wain (1812) karya John Constable
Lukisan The Hay Wain (1821)

Lukisan The Hay Wain adalah salah satu karya Constable yang paling terkenal dan dipuja. Padahal saat awal dipamerkan, lukisan ini dinilai tidak istimewa. 

The Hay Wain menampilkan Sungai Stour yang membelah daerah Suffolk dan Essex. Pondok yang berada di sisi kiri juga muncul di karya Constable lainnya, The White Horse (1819).

Pemandangan yang ditampilkan adalah daerah pedesaan Inggris di musim panas. Musim tersebut memiliki pencahayaan yang bagus sehingga pemandangan alam Inggris terlihat hijau dan tidak lagi suram.

Komposisi karya ini dibuat sedemikian rupa sehingga pinggiran sungai berada di dekat orang yang melihat lukisan ini. Selain itu, ukurannya yang hampir 2 meter membuat pengamatnya seolah melihat sendiri adegan yang ditampilkan.

Sungai yang berkelok membawa mata pengamat mengalir dari pepohonan menuju Hay Wain, yang menjadi titik utama lukisan.

Constable juga menampilkan teknik khasnya di lukisan ini: Penggunaan warna putih di pantulan air untuk menggambarkan refleksi sinar matahari di air sungai.

Secara keseluruhan, lukisan ini menonjolkan keindahan alam tanpa perlu mendramatisir adegan yang ditampilkan. Hal ini mencerminkan prinsip Constable yang ingin melukis berdasar apa yang ia lihat dan kejujurannya kepada pengamat.

Thomas Cole

“I believe… that it is of the greatest importance for a painter always to have his mind upon nature, as the star by which he is to steer to excellence in his art.”

Thomas Cole
Thomas Cole dari Hudson River School
Thomas Cole dari Hudson River School

Thomas Cole disebut sebagai salah satu pelukis pemandangan alam terbaik di Amerika pada abad ke-19. 

Cole lahir di daerah industri di Inggris. Cole muda bermigrasi ke Amerika dan menyelesaikan pendidikan seninya di Pennsylvania Academy of Fine Art. Ia lalu pindah ke New York untuk menyusul keluarganya. 

Di awal karirnya Cole mencari nafkah melalui lukisan potret, walaupun tidak mencapai kesuksesan dengan jenis lukisan tersebut.

BACA JUGA  Teknik Melukis pada Tembok Mengecat Dinding

Setelah pindah ke New York, lukisan pemandangan alam Thomas Cole mulai diminati. Ia kemudian memutuskan untuk terus berfokus menangkap keindahan alam liar di Amerika dan pindah ke daerah Catskill.

Di pertengahan abad ke-19, Thomas Cole menjadi pelopor Hudson River School. Sesuai namanya, kelompok seniman tersebut berpusat di lembah Sungai Hudson dan daerah sekitarnya.

Lukisan Lake with Dead Trees (Catskill) (1825) karya Thomas Cole
Lukisan Lake with Dead Trees (Catskill) (1825) karya Thomas Cole
Lukisan Lake with Dead Trees (Catskill) (1825) dan Keterangannya

Salah satu karya awal Thomas Cole untuk menggambarkan alam di Pegunungan Catskill.

Komposisi lukisan ini berupa sebuah danau tenang yang dikelilingi hutan.

Di pinggiran danau berdiri batang pohon-pohon yang sudah mati. Di latar depan terlihat 2 ekor rusa: yang satu berdiri waspada dan yang lainnya melompat ke arah kanan. Jauh di latar belakang, sinar matahari menyinari langit yang berawan.

Lukisan ini dipamerkan bersama 5 lukisan lainnya saat Thomas Cole kembali dari perjalanan besar pertamanya ke Lembah Hudson. Berkat karya ini, ia berhasil melambungkan reputasinya sebagai pelukis alam liar Amerika.

Seorang penulis akhirnya membeli lukisan ini dan menerbitkan beberapa artikel yang memuja kemampuan sang pelukis. Hal ini membuat seorang kolektor terkenal menjadi tertarik dan membiayai Cole untuk berkarya lebih jauh lagi.

Lukisan Lake with Dead Trees adalah penanda dimulainya hubungan antara Thomas Cole dengan Lembah Sungai Hudson sebagai sumber inspirasinya. Ia dianggap sebagai seniman pertama yang membawa perspektif Romantisme Eropa ke alam Amerika.

William Bliss Baker

Pelukis aliran Naturalisme William Bliss Baker
Pelukis William Bliss Baker

William Bliss Baker termasuk dalam seniman yang tergabung dalam Hudson River School. Ia dinilai sebagai seniman muda yang sangat menjanjikan, tapi sayangnya tidak berumur panjang.

Baker mempelajari seni lukis di National Academy of Design sejak umur 17 tahun. Ia mulai mengadakan pameran di akademi tersebut sejak tahun 1881 dan sempat menghasilkan 130 lukisan.

Baker baru saja menyelesaikan lukisan mahakaryanya, Fallen Monarchs, ketika ia akhirnya meninggal karena kecelakaan ice skating pada 20 November 1886. Surat kabar The New York Times menyebutkan bahwa kematiannya “membuat Amerika merugi karena kehilangan salah satu senimannya yang paling menjanjikan.”

Lukisan Fallen Monarchs (1886) karya William Bliss Baker
Lukisan Fallen Monarchs (1886) karya William Bliss Baker
Lukisan Fallen Monarchs (1886) dan Keterangannya

Fallen Monarchs dilukis William Bliss Baker di dekat Danau Ballston, di sekitar rumah musim panasnya.

Untuk karya ini, Baker tidak ingin sekedar melukis hutan yang indah di sekeliling rumahnya, tapi juga menangkap siklus kehidupan dan kematian di sana.

Siklus ini ditampilkan melalui pohon-pohon yang tumbang dan mati, dikelilingi rerumputan dan lumut yang masih terus tumbuh.

Lukisan ini menampilkan suasana musim gugur, dengan dedaunan berserakan di dasar hutan yang menunjukkan siklus kematian. Namun di latar belakang, matahari masih bersinar dan membawa elemen kehidupan yang menyeimbangkan adegan ini.

Pelukis Naturalisme Indonesia

Banyak seniman Indonesia yang menghasilkan lukisan-lukisan yang terlihat realistis. Untuk kali ini, kita akan membahas 2 seniman terbesar di Indonesia yang menggunakan aliran Naturalisme dalam karyanya.

Abdullah Suriosubroto

Pelukis Naturalisme Indonesia Abdullah Suriosubroto
Pelukis Naturalisme Indonesia Abdullah Suriosubroto

Abdullah Suriosubroto merupakan anak dari tokoh gerakan nasional Indonesia, Wahidin Sudirohusodo. 

Awalnya Abdullah mengikuti pendidikan dokter di Sekolah Kedokteran Batavia. Namun ia memutuskan berpindah ke dunia seni untuk mengikuti ketertarikannya dan melanjutkan ke Academy of Fine Art di kota Amsterdam.

Subjek kesukaan Abdullah Suriosubroto adalah pemandangan alam. Sama seperti seniman Naturalisme lainnya, karya-karya lukisan panoramanya berasal dari proses pengamatan langsung (“memandang tamasya alam” menurut istilah Abdullah Suriosubroto). 

Abdullah Suriosubroto dipandang sebagai pelukis Indonesia generasi pertama di abad ke-20, melanjutkan sepak terjang Raden Saleh di pertengahan abad ke-19. Pelukis ini masuk dalam golongan seniman Mooi Indie yang lukisan-lukisannya menampilkan kecantikan alam Indonesia.

Di kemudian hari, Abdullah Suriosubroto memiliki putra-putra yang juga menjadi seniman terkenal di Indonesia: Basoeki Abdullah dan Sudjono Abdullah di bidang seni lukis, serta Trijoto Abdullah di bidang seni patung.

Lukisan Pemandangan Gunung (1935) karya Abdullah Suriosubroto
Lukisan Pemandangan Gunung (1935) karya Abdullah Suriosubroto
Lukisan Pemandangan Gunung (1935) dan Keterangannya

Disebut juga “Pemandangan di Sekitar Gunung Merapi” dan merupakan koleksi pribadi Presiden Soekarno.

Secara keseluruhan, lukisan ini menggunakan komposisi yang seimbang. Kepiawaian Abdullah Suriosubroto terlihat dari bagaimana komposisi yang seimbang ini ditampilkan dengan cara yang tetap dinamis.

Gunung Merapi berada tepat di tengah lukisan, tapi dengan latar depan yang menyeimbangkan satu sama lain. 

Sebelah kiri lukisan didominasi oleh garis pepohonan yang berlapis-lapis dan menampakkan kesan “hutan”. Sementara di sisi kanan lukisan dipenuhi oleh sawah yang miring ke bagian kiri bawah, memberi tempat untuk munculnya pemandangan hutan.

Terasering dibuat berkelok-kelok, menggiring pandangan mata pengamat dari bawah lukisan menuju ke tengah. Garis terasering di kejauhan dibuat sedikit miring sehingga menghindari tampilnya garis horizontal yang membuat komposisi “mati”.

Bahkan jika diamati, air di sawah terlihat jernih sehingga pengamat bisa membayangkan sawah tersebut baru akan ditanami.

Lukisan karya Abdullah Suriosubroto ini tidak hanya memainkan elemen garis, tapi juga menggunakan warna untuk menunjukkan perspektif. Gunung Merapi secara sengaja dibuat dengan warna yang lembut dan pudar. Secara otomatis pengamat akan memahami bahwa objek tersebut berada di kejauhan.

Di kaki gunung, terlihat dataran membentang yang detailnya hanya nampak samar. Ada jarak yang memisahkan antara latar depan sawah dan pepohonan dengan dataran tersebut. Hal ini menambah kesan kedalaman (sense of depth) dari lukisannya.

Pengamat seolah diajak berdiri di depan hamparan sawah yang membentang. Semakin diperhatikan, pemandangannya terbuka semakin jauh hingga ujung jarak pandang manusia.

Lukisan ini sangat cocok sebagai contoh aliran Naturalisme di Indonesia karena digambarkan dengan penuh ketaatan terhadap bentuk-bentuk di alam, dengan penggunaan warna yang natural.

Basuki Abdullah

Pelukis Indonesia Basuki Abdullah
Pelukis Basuki Abdullah

Anak dari Abdullah Suriosubroto yang gemar melukis sejak kecil. Ia bermain dengan membuat potret berbagai tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi, Yesus Kristus dan Krishnamurti.

Salah satu kenalannya yang mengetahui potensi seni tersebut, Pastor Koch, mendukungnya untuk meningkatkan kemampuan. Sang pastur memberikan buku-buku seni lukis, bahkan membantunya memperoleh beasiswa ke Belanda.

Basuki Abdullah mendapat pendidikan seni di Academie Voor Beeldende Kunsten (Akademi Seni Rupa) di Den Haag, Belanda. Di sanalah ia memperdalam dasar-dasar aliran Naturalisme. Setelah lulus, ia melakukan studi banding ke berbagai sekolah seni rupa di Italia (Roma) dan Perancis (Paris).

Pada awal karirnya, Basuki Abdullah mendapat tugas mengajar seni lukis dari Gerakan Poetra (Poesat Tenaga Rakyat). Beberapa muridnya berkembang menjadi pelukis dan seniman terkenal di kemudian hari.

Basuki Abdullah mengikuti beberapa kali pameran saat kembali ke Hindia Belanda (Indonesia di masa itu). Pameran tersebut merupakan gerakan seni rupa berjiwa nasionalis yang Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia).

Di pameran Persagi, lukisan-lukisan Basuki Abdullah mendapat kritikan besar dari Sudjojono, seniman yang disebut sebagai ayah seni modern Indonesia.

Basuki Abdullah termasuk dalam kelompok seniman Mooi Indie, seperti juga ayahnya dan Raden Saleh. Lukisan-lukisan Mooi Indie digunakan pihak Belanda untuk mempromosikan Hindia Belanda sebagai tempat wisata.

BACA JUGA  Seni Lukis Kaca (Pengertian, Sejarah Kerajinan di Cirebon & Keunikannya)

Sudjojono, yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, menilai lukisan panorama Basuki Abdullah sebagai tidak mencerminkan perjuangan bangsa Indonesia. Lukisan tersebut tidak membawa pesan sosial, hanya ditujukan untuk memuaskan orang yang melihat. Kondisi rakyat di sini tidaklah seindah apa yang ditampilkan di kanvas Basuki.

Komentar Sudjojono tidak mematahkan semangat Basuki Abdullah. Konsistensinya dalam menciptakan karya Naturalisme membuatnya terkenal sebagai master Naturalisme dan potret Indonesia di kemudian hari.

Perjalanan Basuki Abdullah di masa perang kemerdekaan tidak diketahui dengan jelas. Kabar di tahun 1948 tiba-tiba menyebutkan Basuki Abdullah telah berada di Belanda.

Sebuah sayembara melukis diadakan untuk penobatan Ratu Yuliana di Amsterdam. Disebutkan bahwa ratusan pelukis dari berbagai belahan dunia mengikuti sayembara lukisan potret Sang Ratu ini.

Tapi hanya sedikit pelukis yang berhasil menyelesaikan karyanya tepat waktu. Dari puluhan saja pelukis yang tersisa tersebut, lukisan Basuki Abdullah ternyata terpilih sebagai pemenangnya.

Sejak itu karir Basuki Abdullah terus menanjak. Ia mengadakan pameran di seluruh dunia. Bahkan Basuki Abdullah sempat diundang melukis Raja dan Ratu Thailand.

Setelah menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar negeri, Basuki Abdullah akhirnya kembali ke Indonesia untuk diangkat menjadi pelukis istana Merdeka Jakarta oleh Presiden Soekarno. Sejak itu berbagai lukisannya menghiasi istana-istana negara di Indonesia.

Berkebalikan dengan ayahnya yang berfokus pada pemandangan alam, lukisan-lukisan Basuki Abdullah memiliki tema yang beragam. Ia menghasilkan karya-karya bertema perjuangan, pembangunan, fauna, flora dan banyak lagi.

Basuki Abdullah menggarap banyak lukisan potret untuk figur-figur terkemuka di Indonesia. Ia merupakan salah satu pelukis dengan karya-karya termahal di Indonesia, bahkan bisa mencapai milyaran rupiah.

Sayangnya, Basuki Abdullah terpaksa mengakhiri hidupnya di tangan perampok yang tergiur kemewahan yang dihasilkan lukisan-lukisan tersebut.

Lukisan Pantai Flores (1942) karya Basuki Abdullah
Lukisan Pantai Flores (1942) karya Basuki Abdullah
Lukisan Pantai Flores (1942) dan Keterangannya

Salah satu lukisan Basuki Abdullah yang menjadi koleksi pribadi Presiden Soekarno. Karya ini menampilkan pemandangan sebuah pantai yang dilihat dari hutan di atasnya.

Lukisan Pantai Flores sempat menimbulkan kehebohan di tahun 2017. Kondisi lukisan yang bernilai sekitar 1,5 milyar Rupiah ini sudah rusak 70%. Proses konservasi yang cukup berat kemudian dilakukan sebagai upaya untuk merestorasinya.


Perbedaan Naturalisme dengan Aliran Seni Lukis Lainnya

Untuk memahami seperti apakah aliran Naturalisme, kita dapat melihat perbedaannya dengan aliran-aliran besar lainnya di dunia seni lukis.

Naturalisme dan Realisme

Perbedaan Aliran Seni Lukis Naturalisme dan Realisme
Perbedaan lukisan Naturalisme dan Realisme

1. Realisme berfokus pada isi karya, sementara Naturalisme mementingkan metode pembuatannya.

Seniman Realisme lebih berpusat pada “Siapa” dan “Apa” dalam karyanya. Ia memilih tema masyarakat biasa di kehidupan sehari-harinya, dan menghindari melukiskan sosok penting dalam kejadian heroik. Karya dibuat dengan sejujur mungkin dalam menggambarkan realita sosial dan politik di masa itu.

Seniman Naturalisme berkonsentrasi pada “Bagaimana” karyanya dibuat. Misalnya pigmen lukis yang perlu dipakai untuk mendapatkan warna yang lebih mirip dengan daun asli, alat dan teknik yang digunakan untuk menampilkan goresan yang diinginkan, dan hal-hal teknis lainnya. Karya dibuat dengan detail dan tekstur yang menimbulkan kesan realistis, sesuai subjek yang terlihat di depan mata.

2. Realisme berkaitan dengan kondisi sosial dan politik masyarakat, sementara Naturalisme tidak berkaitan.

Seniman Realisme melukis untuk berkomentar tentang kondisi sosial politik yang terjadi saat sebuah karya dibuat. Ada pesan sosial yang ingin disampaikan kepada masyarakat luas. Contohnya pergerakan American Scene Painting, Precisionism, dan Socialist Realism.

Sebaliknya, seniman Naturalisme tidak menjadikan pesan sosial sebagai pertimbangan utama. Karya dibuat sekedar untuk menggambarkan pemandangan alam atau kehidupan pedesaan yang ada.

Naturalisme dan Impresionisme

Perbedaan aliran lukis naturalisme dan impresionisme
Perbedaan lukisan Naturalisme dan Impresionisme

1. Impresionisme tidak berusaha menampilkan pemandangan berdasarkan kenyataan, sementara Naturalisme melukis senyata mungkin.

Seniman Impresionisme berusaha melukiskan kesan (impression) yang didapatnya dari pemandangan yang dilihatnya. Sementara seniman Naturalisme berusaha sebisa mungkin taat kepada apa yang terlihat dari subjek.

2. Impresionisme menangkap esensi dari subjek dan pencahayaannya, sementara Naturalisme menyajikan subjek secara akurat dan jujur.

Karya Impresionisme berfokus pada kesan dari warna yang muncul (misalnya warna pohon di sore hari berbeda jika dilihat di malam hari), terlepas dari bentuknya akurat atau tidak. Sebaliknya Naturalisme menggunakan goresan kuas yang lebih tradisional dan warna yang lebih natural dijumpai.

3. Impresionisme menyaring apa yang disajikan, sementara Naturalisme tidak.

Seniman Impresionisme biasanya berfokus pada aspek alam dan kehidupan sosial yang indah saja. Sementara seniman Naturalisme melukis sesuai apa yang mereka lihat.

Naturalisme dan Romantisme

Perbedaan Naturalisme dan Romantisme
Perbedaan Naturalisme dan Romantisme

1. Romantisme bersifat subjektif, sementara Naturalisme mengedepankan objektivitas.

Karya-karya Romantisme memiliki prinsip yang kuat dalam berusaha menyampaikan emosi, drama atau makna tersembunyi. Sebaliknya karya Naturalisme tidak berusaha menyelipkan pesan tertentu, hanya menyajikan apa yang ada di alam nyata.

2. Romantisme berusaha mengidealkan subjek, sementara Naturalisme menerima subjek apa adanya.

Seniman Romantisme menampilkan subjek-subjek lukisannya dalam bentuk yang ideal. Misalnya tokoh pria bertubuh kekar dan sosok wanita selalu cantik. Seniman Naturalisme tidak berusaha mengubah apa yang dilukisnya, semata-mata menggoreskan bentuk yang ada seperti apa adanya.

3. Romantisme bermain dengan makna yang tersembunyi dalam karya, sementara Naturalisme tidak memiliki makna tersembunyi.

Seniman Romantisme memandang subjek-subjek yang ada dalam lukisan saling dan menyimbolkan makna tertentu. Sementara seniman Naturalisme hanya berusaha mendeskripsikan seperti apa subjek di alam nyata.

Naturalisme dan Kubisme

Perbedaan lukisan Naturalisme dan Kubisme
Perbedaan lukisan Naturalisme dan Kubisme

1. Kubisme mengubah subjek ke bentuk geometri, sementara Naturalisme mengikuti subjek secara jujur.

Seniman Kubisme hanya menggunakan bentuk dasar geometri untuk menunjukkan sebuah subjek. Kesan 3 dimensi diratakan untuk menampilkan berbagai sisinya sekaligus. 

Seniman Naturalisme melukiskan suatu subjek sebagaimana ia terlihat. Ciri khas ini membutuhkan gambar bentuk dan penggunaan warna yang tidak bisa disampaikan hanya dengan bentuk geometri.

2. Kubisme memiliki makna tersembunyi, sementara Naturalisme menghindari memasukkan makna tersembunyi.

Lukisan Kubisme seperti puzzle yang perlu diperhatikan masing-masing bagiannya untuk bisa menebak apa sebenarnya adegan yang digambarkan. Sebaliknya, lukisan Naturalisme membeberkan apa yang dilukiskan secara gamblang.


Kesimpulan Singkat

Sejak abad ke-19, Naturalisme telah menjadi salah satu aliran seni lukis yang penting di dunia.

Banyak seniman, baik di dalam negeri maupun di mancanegara, yang menekuninya dan menjadi sosok berpengaruh di negaranya. Bahkan dasar-dasar seni lukis yang ditemukan dalam Naturalisme masih menjadi fundamental bagi banyak pelukis dan sekolah seni di zaman modern ini, misalnya para seniman mural modern yang mengaplikasikan berbagai teknik melukis pada tembok.


Referensi

The Editors of Encyclopaedia Britannica. 2019. “naturalism”. https://www.britannica.com/topic/naturalism-art. Diakses tanggal 16 November 2021.

“18t Century Naturalism and The Enlightenment Era – Natural Painting”. http://www.ruf.rice.edu/~fellows/hart206/18thcen.htm. Diakses tanggal 17 November 2021.

Tate Modern. “Naturalism”. https://www.tate.org.uk/art/art-terms/n/naturalism. Diakses tanggal 17 November 2021.

Leave a Comment