Info Gizi

Mengenal Lebih Dekat Penyakit Hipertensi

Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang sangat sering terdengar di kalangan masyarakat. Tak jarang penyakit ini akan mengakibatkan tubuh kita tidak dapat beraktivitas dengan normal.

Foto Ira Dwijayanti
Kontributor

Ira Dwijayanti, S. Gz., M.S.

Ira berpengalaman sebagai Quality Assurance dan Planner Supervisor di perusahaan multinasional. Bidang ilmu gizi digelutinya semenjak kuliah di Universitas Brawijaya dan Taipei Medical University.

Indonesia saat ini sedang mengalami polemik kesehatan dalam ruang lingkup triple burden diseases (tiga beban penyakit) yaitu penyakit menular, penyakit tidak menular dan penyakit yang pernah menghilang namun muncul kembali (re-emerging disease).

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyebab penyakit tidak menular seperti penyakit jantung koroner, infark miokard, gagal jantung kongestif, penyakit ginjal dan kematian. Oleh karena itu, hipertensi merupakan isu penting untuk menanggulangi polemik kesehatan tersebut.1

Jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63 juta orang dengan angka kematian hampir 430 ribu orang. Hipertensi biasanya dialami oleh kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), dan umur 55-64 tahun (55,2%).  Dari prevalensi tersebut dapat diketahui bahwa angka hipertensi di Indonesia sangat tinggi.

Menurut data World Health Organization (WHO) pda tahun 2015 sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi. Selain itu, jumlah hipertensi sendiri setiap tahun terus meningkat, sehingga dapat diprediksi akan adanya lonjakan sekitar 1,5 miliar orang  di tahun 2025.

Sample Registration System (SRS) Indonesia menyebutkan bahwa di tahun 2014, komplikasi pada hipertensi sebesar (5,3%) yang menjadi penyebab utama kematian nomor 5 pada tingkat semua umur.2

Apa Saja Jenis Hipertensi?

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok:3

  • Hipertensi Esensial, antara lain peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor gaya hidup, penurunan intensitas aktivitas fisik, usia tua pada keluarga dengan hipertensi.
  • Hipertensi Sekunder, seperti labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga dan lain sebagainya.

Kapan Individu dapat Dikatakan Hipertensi?

Diagnosa hipertensi harus ditegakkan oleh tenaga kesehatan. Namun, perlu diketahui bahwa tekanan darah dapat dikatakan normal apabila sistoliknya < 120 mmHg dan diastoliknya < 80 mmHg.4

Adapun tingkatan klasifikasi sebagai berikut :

  • Prahipertensi yaitu tekanan darah sistolik sebesar 120-139 mmHg dengan diastolik sebesar 80-89 mmHg.
  • Hipertensi tingkat 1 yaitu tekanan darah sistolik sebesar 140-159 mmHg dengan diastolik sebesar 90-99 mmHg.
  • Hipertensi tingkat 2 yaitu tekanan darah sistolik > 160 mmHg dengan diastolik > dari 100 mmHg.
  • Hipertensi krisis yaitu tekanan darah yang secara tiba-tiba melebihi 80/120 mmHg.

Apa Saja Faktor Risiko dari Hipertensi?

Hipertensi memiliki 2 faktor risiko yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah.5

Adapun faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain :

  • Umur,
  • Riwayat keluarga,
  • Jenis kelamin.

Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah, antara lain :

  • Kurang makan buah dan sayur. Kita dapat merubah pola makan yang sehat dengan mengonsumsi buah dan sayur secara seimbang.
  • Konsumsi garam berlebih. Pengonsumsian garam secara berlebih dapat memicu timbulnya hipertensi karena penderita hipertensi harus membatasi ketat pengonsumsian garam.
  • Kurang aktivitas fisik. Aktivitas fisik sendiri dapat dilakukan dengan cara ber-olahraga agar tekanan darah dapat terkendali.
  • Stres. Tekanan darah akan meningkat karena akan terjadinya pelepasan hormon adrenalin melalui vasokontriksi dan peningkatan denyut jantung. 
Referensi
  1. Cahyani DI, Kartasurya MI, Rahfiludin MZ. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dalam Perspektif Implementasi Kebijakan (Studi Kualitatif). J Kesehat Masy Indones. 2020;15(1):10.
  2. Arum YTG. Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun). Higeia J Public Heal Res Dev. 2019;1(3):84–94.
  3. Nurhidayati I, Aniswari AY, Sulistyowati AD, Sutaryono S. Penderita Hipertensi Dewasa Lebih Patuh daripada Lansia dalam Minum Obat Penurun Tekanan Darah. J Kesehat Masy Indones. 2018;13:4–8.
  4. Adrian SJ. Diagnosis dan tatalaksana terbaru pada dewasa. Cdk-274 [Internet]. 2019;46(3):172–8. Diakses pada tanggal 28 oktober 2020.
  5. Ansar J, Dwinata I MA. Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. J Nas Ilmu Kesehat. 2019;1(3):28–35.