Gizi Story

Bagaimana Iklan Makanan Instagram Mengubah Cara Makan Remaja?

Siapa yang mengira iklan makanan Instagram yang menggiurkan itu memiliki daya tarik yang kuat pada remaja kita? Sudah saatnya untuk mengeluarkan beberapa kebijakan serius untuk menjaga remaja tetap sehat dan terlindungi dari hiruk pikuk ruang digital ini.

Kontributor

Mufid Salim

Mufid adalah seorang peneliti di bidang komunikasi kesehatan. Sejak 2018, ia memfokuskan diri tentang pemanfaatan media digital untuk edukasi dan promosi kesehatan.

Hai, Gizigoers! 

Yuk, kita selami studi menarik yang mengeksplorasi dampak iklan makanan di Instagram dan platform tradisional terhadap preferensi remaja. Kita semua tahu bahwa media sosial memainkan peran penting dalam kehidupan kita, terutama bagi remaja yang menghabiskan banyak waktu online. Jadi, memahami kekuatan persuasif iklan makanan Instagram dan bagaimana perbandingannya dengan iklan tradisional sangat penting untuk membentuk kebijakan yang efektif dan melindungi remaja kita.

 

Penelitian dari Bragg (2021) mencoba menjawab pertanyaan, apakah remaja dapat membedakan antara postingan Instagram perusahaan makanan dan iklan biasa. Selain itu, penelitian ini menyelidiki bagaimana iklan Instagram memengaruhi preferensi remaja dibandingkan dengan iklan tradisional. Para peneliti membagi studi menjadi dua bagian. Di Bagian Pertama, peserta berusia 13-17 diperlihatkan pasangan iklan dan diminta untuk mengidentifikasi mana yang berasal dari Instagram. Satu iklan di setiap tim berasal dari sumber tradisional seperti spanduk cetak atau online, sementara yang lain berasal dari Instagram tetapi bingkai Instagramnya dihapus (termasuk logo, komentar, dan suka). Di Bagian Kedua, peserta menilai iklan makanan yang ditampilkan sebagai postingan Instagram atau iklan tradisional tanpa mengetahui bahwa setengah dari iklan di setiap kondisi berasal dari Instagram.

Temuan Studi

Hasil penelitian ini cukup mencengangkan. Di Bagian Pertama, kinerja remaja lebih buruk daripada kebetulan saat mencoba mengidentifikasi iklan Instagram, yang menunjukkan bahwa tampilan artistik iklan media sosial mungkin perlu dikenali sebagai iklan oleh remaja. Di Bagian Kedua, saat membandingkan iklan makanan dan minuman tanpa label, remaja lebih menyukai iklan Instagram daripada iklan tradisional terkait tren, daya tarik artistik, dan kesukaan. Namun, saat peneliti menambahkan bingkai Instagram ke iklan standar, remaja lebih menyukai iklan Instagram hanya pada satu dari lima hasil. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran fitur Instagram secara signifikan mempengaruhi persepsi remaja dan membuat iklan tradisional menjadi lebih menarik.

Temuan ini menimbulkan kekhawatiran tentang kekuatan persuasif iklan makanan Instagram pada remaja. Dengan remaja menghabiskan sekitar 7 jam online setiap hari dan perusahaan menginvestasikan miliaran dolar dalam pemasaran media sosial, Instagram, sebagai platform populer, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap preferensi remaja. Studi tersebut menyoroti perlunya kebijakan yang kuat untuk melindungi remaja di ruang digital, terutama mengingat daya tarik iklan makanan Instagram dibandingkan iklan tradisional.

Menariknya, remaja sering salah mengira iklan tradisional sebagai postingan Instagram, menandakan bahwa perusahaan telah berhasil mengadopsi tren media sosial yang memikat perhatian remaja. Unsur-unsur seperti filter foto atau pengaturan makanan artistik mungkin luput dari perhatian sebagai taktik pemasaran. Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa “pengguna berat” media sosial melaporkan preferensi iklan yang lebih tinggi dan lebih cenderung mengidentifikasi iklan Instagram dengan benar. Sifat aditif dari media sosial, di mana Like pengguna memengaruhi konten yang mereka lihat, dapat meningkatkan paparan iklan dan selanjutnya mempengaruhi preferensi remaja.

Studi ini menambah wawasan berharga untuk bidang pemasaran makanan. Ini adalah studi pertama yang membandingkan iklan makanan tidak sehat di media sosial dengan iklan tradisional. Temuan menyoroti efek “halo” dari Instagram, di mana remaja sering menemukan iklan makanan yang sangat menarik di platform tersebut. Sebelumnya, beberapa studi telah menunjukkan pengaruh influencer media sosial terhadap perilaku makan anak dan remaja, menekankan pentingnya memahami dan mengatur praktik pemasaran media sosial.

Di tengah daya pikat iklan makanan Instagram yang menawan, saatnya memahami pengaruh pemasaran media sosial. Kita dapat memberdayakan mereka dengan pengetahuan, membentuk kebijakan yang efektif, dan menumbuhkan lanskap digital yang lebih sehat. Bersama-sama, kita dapat menjaga preferensi remaja dan melindungi masa depan mereka.

Kesimpulannya, penelitian ini menyoroti perlunya kebijakan yang komprehensif untuk mengatur pemasaran makanan, khususnya di platform media sosial. Daya tarik iklan makanan Instagram untuk remaja menimbulkan tantangan yang signifikan terhadap upaya kesehatan masyarakat. Dengan memahami mekanisme yang memengaruhi perilaku remaja di media sosial, pembuat kebijakan dapat mengambil langkah-langkah untuk melindungi remaja dan memperluas cakupan peraturan yang ada untuk mencakup pemasaran makanan berbasis media sosial.