Pengetahuan Gizi

Agar Orang Indonesia Terbebas dari Obesitas

Kegemukan adalah masalah yang banyak dihadapi orang Indonesia.

Bagaimana cara mengatasinya? Yuk kita bahas bersama Ahli Gizi dari Gizigo.id

Kontributor

Harry Freitag Luglio, S. Gz., M.S.

Harry merupakan dietitian di Gadjah Mada Medical Center. Lulusan bidang Nutritional and Translational Research in Metabolism dari Maastricht University, Belanda, ini aktif mengkaji beragam aspek di bidang obesitas.

4 dari 10 orang Indonesia mengalami masalah kelebihan berat badan. Berita ini adalah hal yang mengejutkan bagi saya.

Beberapa saat setelah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan hasil survei status gizi nasional yang menunjukan bahwa lebih dari 35% orang Indonesia memiliki status gizi lebih (gemuk) dan obes (sangat gemuk), banyak orang yang mengerutkan dahi.

Betapa tidak, persepsi Indonesia sebagai negara berkembang sangat identik dengan kasus gizi kurang. Pemerintah pun gencar mengentaskan masalah gizi kurang seperti stunting dengan menggelontorkan dana milyaran rupiah.

Jadi, diantara anak-anak yang kurus dan pendek karena kurang gizi, banyak orang yang menjadi gemuk.

Apa yang salah dengan negeri ini?

Saya menghabiskan 10 tahun terakhir karir saya di universitas meneliti masalah kegemukan.

Mulai dari mengapa orang Indonesia menjadi banyak yang mengalami kegemukan hingga mengapa orang yang gemuk susah untuk menurunkan berat badan. Termasuk di dalamnya berbagai sesi konsultasi seputar berat badan, misalnya konsultasi gizi obesitas.

Padahal kegemukan sendiri menjadi faktor resiko dari banyak penyakit. Contohnya diabetes, asam lambung GERD, dan banyak lagi.

Dari temuan-temuan saya, ada beberapa hal yang saya share di artikel ini:

(1) Gemuk Itu Pilihan

Saya tidak mengatakan bahwa tidak ada orang yang gemuk karena keturunan, tapi sebagian besar kejadian kegemukan disebabkan oleh gaya hidup.

Untuk membuktikan ini, saya melakukan sebuah studi kohort di kota Yogyakarta. Dalam penelitian ini saya mengikuti sebanyak 500 orang untuk meneliti apa yang mereka makan dan bagaimana gaya hidup mereka. Setelah 2 tahun saya mendatangi kembali orang orang tersebut dan mengukur berat badannya.

Dari penelitian ini saya menemukan bahwa rata-rata orang yang tinggal di kota Yogyakarta naik sekitar 1 kg dalam 2 tahun terakhir.

Saya lalu menganalisis hal-hal yang berhubungan dengan kegemukan dan menemukan bahwa jumlah asupan makan bertanggung jawab terhadap peningkatan berat badan. Yang menarik adalah bahwa hubungan ini semakin kuat ketika dikoreksi aktivitas fisik. Dengan kata lain, yang membuat gemuk adalah ketika kita banyak makan tetapi sedikit bergerak.

(2) Masyarakat Semakin Malas Bergerak

Mager malas gerak bikin nggak sehat

Disadari atau tidak, dalam dua dekade terakhir bangsa ini mulai mengalami transformasi gaya hidup yang luar biasa. Saya mengamati dalam dua tahun terakhir, orang orang yang saya teliti mengalami pergeseran gaya hidup. Semakin sedikit dari mereka yang berjalan kaki sebagai moda transportasi.

Yang menarik juga adalah bahwa jumlah aktivitas berjalan kaki untuk rekreasi semakin banyak.

(3) Diet Itu Susah

Disadari atau tidak, dalam dua dekade terakhir bangsa ini mulai mengalami transformasi gaya hidup yang luar biasa. Saya mengamati dalam dua tahun terakhir, orang orang yang saya teliti mengalami pergeseran gaya hidup. Semakin sedikit dari mereka yang berjalan kaki sebagai moda transportasi.

Yang menarik juga adalah bahwa jumlah aktivitas berjalan kaki untuk rekreasi semakin banyak.

Selain melakukan penelitian di masyarakat saya juga beberapa kali melakukan studi intervensi untuk menguji coba keberhasilan beberapa jenis diet bagi orang orang yang mengalami kegemukan.

Dari penelitian ini pun saya terkesima melihat berbedanya respon seseorang terhadap diet. Dalam 2 bulan ada orang yang bisa turun berat badan sebanyak 7 kg tetapi ada juga yang berat badannya bertambah setelah program.

Setelah ditanya, beberapa peserta program mengaku bahwa hal ini terjadi karena mereka susah untuk berdiet. Alasan terbesar dari mereka yang susah menjalani diet adalah susahnya menemukan makanan sehat (sayur dan buah) yang ada di sekitarnya serta betapa menggoda, dekat dan murahnya makanan tinggi energi.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Dari rangkaian penelitian tersebut saya dapat merumuskan 4 hal yang diperlukan masyarakat Indonesia untuk bisa bebas dari kegemukan:

1. Tempat bergerak dan berolahraga

Mau diakui atau tidak, jalanan di negara kita semakin lebar tapi ruang pejalan kaki semakin sempit. Beberapa jalanan bahkan tidak memiliki ruang bagi pejalan kaki. Lahan-lahan kosong dijadikan untuk komersial. Hingga trotoar untuk pejalan kaki pun dijadikan tempat berjualan toserba hingga kuliner.

Sebagai gantinya, pusat kebugaran menjadi alternatif yang diperlukan bagi masyarakat.

2. Makanan baru yang sesuai dengan kebutuhan orang masa kini

Saya tidak sedang membahas seblak dan baso aci. Yang saya maksud adalah resep resep masakan baru yang memang diciptakan khusus bagi generasi sekarang.

Karena kondisi tempat tinggal dan pekerjaannya, masyarakat sekarang tidak banyak yang aktif bergerak. Masakan sayuran seperti lodeh dan gudeg adalah jenis masakan yang padat energi sehingga cocok untuk orang orang yang setiap harinya bertani dan berladang, bukan untuk generasi masa kini yang kalau pergi ke depan kompleks saja harus pakai sepeda motor.

mulai makan sehat

3. Katering dan rumah makan yang menyajikan menu masakan sehat

Sehat itu susah (dan mungkin mahal). Setiap tahunnya jumlah rumah makan cepat saji ayam goreng semakin banyak. Harganya murah dan ada dimana-mana. Hal seperti inilah yang mendorong gaya hidup masyarakat yang memandang mereka tidak punya pilihan lain selain apa yang tersedia.

Kenapa menyalahkan rumah makan?

Karena mau disadari atau tidak semakin sedikit dari kita yang punya waktu untuk masak, baik pria maupun wanita. Dengan meningkatnya kelompok masyarakat dengan penghasilan menengah (middle class) yang memiliki karier, demand atau permintaan makanan di luar rumah akan semakin meningkat.

Untuk membantu mengatasi hal ini, Gizigo baru saja meluncurkan program baru yaitu jaringan catering yang dikepalai langsung oleh Ahli Gizi di masing-masing dapurnya.

Menu ditentukan oleh Ahli Gizi yang sudah dipercaya Gizigo. Proses masaknya juga diawasi oleh Ahli Gizi tersebut. Jadi jelas kesehatan menu dan kebersihan makanannya.

Sementara ini program tersebut masih beroperasi di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Kalau kamu tertarik dan kebetulan berdomisili di Jogja, kamu bisa cek di halaman Catering Diet Jogja milik Gizigo.

4. Functional foods/drinks

Pasar makanan dan minuman penurun berat badan akan selalu ada, karena orang yang tidak ingin berdiet tapi ingin kurus itu akan selalu ada.

Akan tetapi pilihan yang aman dan terbukti efektif itu tidak banyak, sehingga penting bagi kita untuk melihat menyediakan pilihan ini terutama bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan tambahan.

Referensi
  1. Kementerian Kesehatan. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
  2. Muhammad H. Obesity as the Sequel of Childhood Stunting: Ghrelin and GHSR Gene Polymorphism Explained. Acta Medica Indonesiana. 2018; 50 (2): 159-164.
  3. HF Luglio, E Huriyati. The role of genetic variation in TCF7L2 and KCNJ11, dietary intake, and physical activity on fasting plasma glucagon-like peptide-1 in male adolescents. Paediatrica Indonesiana. 2018; 57 (5): 239-45.
  4. HFL Muhammad, FN Latifah, R Susilowati. The yo-yo effect of Ramadan fasting on overweight/obese individuals in Indonesian: A prospective study. Mediterranean Journal of Nutrition and Metabolism. 2018; 1-7.
  5. HFL Muhammad, RG Vink, NJT Roumans, LAJ Arkenbosch, EC Mariman, Marleen A van Baak. Dietary Intake after Weight Loss and the Risk of Weight Regain: Macronutrient Composition and Inflammatory Properties of the Diet. Nutrients. 2017; 9 (11): 1205.
  6. HF Luglio, DC Sulistyoningrum, IR Muharomin, E Huriyati. Leptin, appetite and weight rebound in overweight/obesity individuals undertook weight loss program using a low calorie diet with or without exercise. Mediterranean Journal of Nutrition and Metabolism. 2017; 1-11.
  7. Harry Freitag Luglio, Dian Caturini Sulistyoningrum, Nur Laila Apriliana, Syari Ernawati Putri, Ayu Larasati, Ahmed Fahmy Arif Tsani, BJ Kandarina, Zaenal M Sofro, Emy Huriyati. The Effect of Combined Aerobic and Strength Training on a Weight Loss and Metabolic Profile. Topics in Clinical Nutrition. 2017; 32 (2): 152-160.
  8. HF Luglio, DC Sulistyoningrum, E Huriyati, YY Lee, WAM Wan Muda. The Gene-Lifestyle Interaction on Leptin Sensitivity and Lipid Metabolism in Adults: A Population Based Study. Nutrients. 2017; 9 (7): 716.