Background pemberian mpasi
|

Responsive Feeding – Praktik Pemberian MPASI dengan Cara yang Benar

Konsultasi ahli gizi kami sering mendapati kasus orang tua yang kesulitan dalam pemberian MPASI anak.

Kali ini Gizigo akan sharing tentang metode Responsive Feeding dalam pemberian MPASI ke anak.

Sedikit Cerita

Beberapa hari yang lalu, suami dan saya mengajak anak kami, baby Z, untuk membeli mainan drum di sebuah pusat perbelanjaan.

Pada saat mengantri untuk melakukan pembayaran di kasir yang cukup panjang antriannya, saya ditegur oleh seorang ibu yang juga mengantri di belakang saya. Beliau bertanya anak saya usia berapa karena sepertinya seusia dengan anak beliau yang kedua.

Setelah mengobrol kesana kemari tentang anak kami, ibu tersebut bertanya apakah baby Z mengalami kesulitan makan karena anaknya (yang masih 10 bulan) selalu sulit untuk diajak makan.

Saya pun menggali informasi lebih lanjut dari si ibu. Dari caranya bercerita, saya baru mengetahui bahwa si ibu selalu memaksa anaknya untuk menghabiskan makanannya. Padahal ukuran porsinya pun berlebihan.

Setiap kali makan, si anak selalu diminta menghabiskan makanan yang diberikan dalam mangkuk berdiameter 10 cm dan tinggi 6 cm. Ukuran yang terlalu besar untuk anak berusia 10 bulan.

Si anak merasa stres.Jangankan makan, melihat mangkuknya saja sudah menjerit-jerit. Karena MPASI diberikan dengan cara yang tidak pas, anak menjadi tidak enjoy makan.

Kasus tadi bisa dimisalkan seperti kita orang dewasa tapi disuruh menghabiskan tumpeng nasi kuning seporsi penuh sendirian. Tentu terlalu banyak kan?

Padahal jika dibanding orang dewasa, anak kecil lebih rentan kondisi psikologisnya.

Pada umur MPASI, kebiasaan makan adalah masa kritis untuk mengembangkan fungsi oromotor (dasar ketrampilan makan) anak.

Jika terdapat permasalahan mengenal makanan pada usia ini, dampaknya akan terasa pada usia selanjutnya. 1 

Bagaimana seharusnya pemberian MPASI yang tepat & baik

Bagaimanakah seharusnya Pemberian MPASI yang Tepat pada Anak?

Selain mengembangkan ketrampilan dasar makan pada anak-anak, fase MPASI adalah fase dimana bayi dan orang tua saling belajar.Terutama belajar mengenali cara komunikasi di antara mereka, baik itu verbal maupun non-verbal.

Karena prosesnya yang bersifat dua arah antara anak dan ibunya, jika dilakukan secara tepat maka pemberian MPASI tidak sekedar “memberi makan” saja.
Tapi juga dapat membentuk dasar ikatan dan kelekatan emosi (bonding).

Ke depannya, ini akan menjadi modal bagi si anak untuk mengembangkan fungsi sosial-emosional yang sehat.  2 

1. Perhatikan Feeding Cue

Jika Bunda mau memperhatikan, bayi mempunyai bahasa tubuhnya sendiri untuk mengungkapkan keinginannya.

Bahasa tubuh tersebut juga dia gunakan untuk menunjukkan apakah dia dalam keadaan lapar atau dalam keadaan kenyang. Ini disebut dengan dengan feeding cue.

Coba perhatikan feeding cue tersebut dan berikan ASI pada saat itu, maka akan mulai tercipta jadwal makan.
MPASI akan menggantikan jadwal ASI secara perlahan, sampai akhirnya si anak dapat mengonsumsi makanan keluarga. 2 

Jadwal Pemberian MPASI Bayi Balita Anak

2. Perhatikan Jadwal Pemberian Makanan & MPASI

Usia 6-8 bulan, anak dapat diberikan MPASI sebanyak 2-3 kali perharinya kemudian meningkat menjadi 3-4 kali/hari pada usia 9-24 bulan.

Diantara waktu makan tersebut dapat diberikan makanan selingan atau snack 1-2 kali/hari sesuai dengan kemampuan si anak. 3 

Berikut ini contoh jadwal pemberian makanan (berdasarkan Rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia):

Sementara di bawah ini adalah contoh jadwal dengan jam pemberian makanan:

Selain bentuk, konsistensi, serta jumlahnya yang meningkat secara bertahap, frekuensi pemberian MPASI juga perlu bertahap pemberiannya. Peningkatan ini berfungsi memenuhi energi dan zat gizi lain yang kebutuhannya semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia anak.

Penerapan hal ini juga akan membuat proses penyapihan ASI yang lebih mulus lho, Bunda.

Cek juga panduan lengkap kami seputar MPASI di: MPASI untuk Bayi dan Balita
Panduan Memberikan Makanan MPASI Bayi Anak Balita

Lebih Maksimal dengan Responsive Feeding

Sikap orang tua atau pengasuh yang tanggap terhadap feeding cue menjadi dasar cara memberikan MPASI yang disebut responsive feeding.

Tapi tidak cukup hanya memperhatikan feeding cue anak saja, lho. Apa saja yang perlu dilakukan dalam responsive feeding ya?

Berdasarkan World Health Organisation, saat memberikan MPASI pada anak sebaiknya Bunda melakukan:

  • Orang tua memberi makanan langsung kepada bayi, sementara untuk anak yang lebih tua didampingi untuk makan sendiri,
  • Lebih memperhatikan dan peka terhadap tanda lapar atau kenyang yang ditunjukkan bayi/balita,
  • Berikan makanan secara perlahan dan sabar,
  • Dorong anak untuk makan tapi hindari menggunakan paksaan,
  • Kenalkan berbagai kombinasi makanan, rasa dan tekstur,
  • Bereksperimen dengan cara-cara agar anak tertarik makan bila dia menolak makanan yang bermacam-macam,
  • Jauhkan dari hal-hal yang akan mengalihkan perhatian anak, terutama bila selama ini anak mudah kehilangan perhatian sewaktu makan
  • Anggap waktu makan sebagai periode pembelajaran dan pemberian kasih saying. Misalnya memperbanyak berbicara kepada anak disertai kontak mata.

Apa Lagi yang Perlu Diperhatikan saat Memberikan MPASI?

Saat proses pemberian makan, anak akan belajar dan memahami peraturan pemberian makan yang meliputi jadwal, lingkungan, dan prosedur. 4 

JADWAL MAKAN

  • Usahakan memberi makanan utama dan makanan selingan (snack) pada jam yang teratur agar anak belajar memiliki jadwal makan.
  • Jadwal makanan utama 3 kali sehari, makanan kecil 2 kali di antara makanan utama, dan susu bisa diberikan 2-3 kali sehari.
  • Waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit.
  • Hanya boleh minum air putih di antara waktu makan.

LINGKUNGAN

  • Sebisa mungkin ciptakan lingkungan dan suasana yang menyenangkan saat makan.
  • Tidak boleh ada paksaan untuk makan.
  • Hindari distraksi atau gangguan (contohnya mainan, televisi, permainan elektronik) saat makan.
  • Jangan biasakan memberi makanan sebagai hadiah.

PROSEDUR MAKAN

  • Semangati dan dukung anak untuk makan sendiri.
  • Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis) maka tawarkan kembali makanan secara netral, tanpa membujuk ataupun memaksa.
  • Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan.
Manfaat Pemberian MPASI Responsive Feeding

Apa sih Manfaatnya Responsive Feeding?

Segala sesuatu yang dibiasakan kepada anak baiknya didasari tujuan yang jelas, termasuk juga pemberian makannya lho, Bunda.

Jadi pemberian makan pada bayi, balita dan anak-anak tidak sekedar “mengisi perut” si anak, melainkan melatih anak untuk mengonsumsi makanan keluarga dan makan sendiri (self-feeding). 2 

Selain itu, memberikan makan pada anak juga akan melatih dirinya untuk:

  • Berperilaku makan yang baik dan disiplin,
  • Menghargai makanan dan waktu makan,
  • Membuat anak merasa terlibat dalam proses keluarga kita (jika anak dikenalkan pada makanan sesuai jam makan bersama di keluarga kita).

Kesimpulan

Kuantitas dan kualitas MPASI untuk anak kita memang sangat penting, tetapi cara pemberian yang tepat juga sangat dibutuhkan ya, Bunda.

Yuk kita lakukan dengan baik agar anak kita terbebas dari masalah makan.

Selamat menerapkan ilmu yang sudah ditulis di sini!

Artikel Terkait Lainnya

Referensi

  1. Northstone K, Emmett P, Nethersole F, and the ALSPAC Study Team. The effect of age of introduction to lumpy solids on foods eaten and reported feeding dif culties at 6 and 15 months. J Hum Nutr Diet. 2008;14:43-54.
  2. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015. Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia.
  3. WHO. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. Geneva: World Health Organization; 2003.
  4. Bernard-Bonnin, A. Feeding Problems of Infants and Toddlers. Can Fam Physician. 2006;52:1247-51.
  5. Benoit D, Art-Rodas D. Feeding problems in infancy and early childhood: Identification and Management. Paediatrics Child Health. 1998;3:21-7.

Foto Fasty Arum Utami
Kontributor

Fasty Arum Utami, S. Gz., M.S.

Fasty merupakan ahli gizi dan auditor makanan di berbagai instansi di Indonesia, di sela-sela kesibukannya ia menulis buku best seller MPASI Gizi Tepat (2018) dan buku Kandungan Zat Gizi Makanan Khas Yogyakarta (2014). 

Similar Posts